Ghosting: Fenomena Apa, Dampak, dan Cara Menghadapinya

Ghosting: merupakan sebuah penggantungan atau ketidakjelasan hubungan yang mulai banyak merebak akhir-akhir ini. Ghosting merupakan hilangnya seseorang secara tiba-tiba tanpa ada penjelasan berakhirnya sebuah hubungan.

Ghosting: Fenomena Apa, Dampak, dan Cara Menghadapinya
Foto kontribusi Arif Nurwibowo

Semenjak beragam platform komunikasi online merebak digunakan oleh kita sehari-hari, sebagai alternatif sarana kita untuk bertemu, berssosialisasi bahkan menjalin hubungan yang lebih personal, platform tersebut juga menjadi sarana penolakan sosialisasi dan berhubungan. Iya, penolakan yang menjadi fenomena terkini yang kerap disebut ghosting.

Ghosting menurut terjemahan dari om Google adalah tindakan mengakhiri hubungan personal dengan seseorang secara tiba-tiba dan tanpa penjelasan mengapa menarik diri dari semua komunikasi. Penjelasan secara mudahnya, ibarat seseorang bertamu ke rumahmu kemudian pergi tanpa berpamitan atau teman akrab yang selalu berbicara denganmu tanpa alasan yang jelas tidak berbincang denganmu sama sekali.

Fenomena ghosting ini marak di berbagai negara, bahkan menurut penelitian Fortune Magazine sekitar 80% kaum milenial pernah menjadi korban ghosting. Survey yang dilakukan ELLE Magazine mengungkapkan bahwa perempuan cenderung lebih banyak melakukan ghosting dibandingkan pria.

Photo by Maria Orlova from PexelsPhoto by Maria Orlova from Pexels

Mengapa melakukan ghosting?

Kenapa seseorang memilih untuk menghilang begitu saja dari kehidupan orang lain, daripada melakukan sebuah komunikasi untuk mengakhiri suatu hubungan? Mungkin saja orang yang melakukan ghosting adalah pribadi penghindar (tidak ingin atau menghindar dari keterikatan dengan orang lain), atau enggan untuk menjadi sangat dekat dengan orang lain karena masalah kepercayaan dan ketergantungan dan sering menggunakan kata-kata tidak langsung metode mengakhiri hubungan, lebih cenderung menggunakan ghosting untuk memulai perpisahan.

Hal lain motivasi melakukan ghosting karena pelaku ghosting sering kali di-ghosting oleh orang lain. Dalam hal ini, pelaku ghosting mengetahui bagaimana rasanya diputuskan hubungan secara tiba-tiba, tanpa penjelasan, tanpa ruang untuk diskusi. Atas kesadaran ini, mereka melampiaskan hal ini ke orang lain. Pelaku ghosting mungkin seseorang yang tidak mempunyai empati atas orang lain akibat perilaku ghosting-nya.

Photo by mentatdgt from Pexels

Ghosting bisa terjadi pada semua jenis hubungan

Secara umum ghosting yang banyak dibahas merupakan ghosting pada hubungan pasangan. Seperti ghosting dari gebetan yang telah lama didekati oleh seseorang yang kemudian semakin dekat antara keduanya, secara tiba-tiba salah satu menghilang tanpa ada perpisahan. Kisah seorang pria atau wanita yang di-ghosting gebetannya bisa begitu banyak kamu cari di internet. Ghosting ini karena maraknya aplikasi dating yang dengan mudah kita install di perangkat smartphone.  

Perilaku ghosting tidak hanya terjadi paada hubungan personal yang intim tapi bisa juga terjadi pada hubungan professional atau pekerjaan. Di Amerika Serikat, sejumlah perusahaan pernah menjadi korban ghosting dari karyawannya dengan tidak masuk kerja sepenuhnya tanpa ada pemberitahuan surat pengunduran diri atau hanya menuliskan pada sticky note tulisan “Saya Berhenti Kerja”. Bahkan untuk pekerjaan yang bersifat proyek atau kontrak, perilaku ghosting ini kerap dialami oleh para pemberi kerja. Para perilaku ghosting ini juga biasanya susah untuk dihubungi oleh pemberi kerja atau HR perusahaan untuk ditanyakan alasan berhenti, alih-alih tidak bisa dihubungi sama sekali alias menghilang.

 Photo by Pixabay from Pexels

Bagaimana menghadapi perilaku ghosting

Harus disadari bahwa perilaku ghosting itu menyakitkan; sebuah penolakan yang kejam. Ini sangat menyakitkan karena korban ghosting dibiarkan tanpa alasan, tidak ada petunjuk untuk melanjutkan hubungan, dan bisa menjaadi tumpukan emosi dan menjadi pikiran dalam diri sendiri.

Terlebih di era yang canggih ini, sebagai korban ghosting kamu masih bisa melihat pelaku ghosting baik di media sosial, aplikasi chatting bahkan kemunculan videonya di YouTube. Memang belum ada saran ampuh untuk pemulihan yang cepat apabila kamu menjadi korban ghosting. Tapi melupakan pelaku ghosting merupakan salah satu cara ampuh untukmu melanjutkan hidup.

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Saatnya kamu berhenti menyiksa diri sendiri dengan melihat-lihat foto lama, teks lama yang disimpan, posting media sosial baru, dan hal lain yang menurutmu dapat memberi kenangan, rasa penasaran dan keinginan untuk mencari sang hantu (pelaku ghosting) saat ini. Terlepas kamu itu orang yang posesif atau bukan hal ini memang wajar apabila kamu menjadi korban ghosting. Kamu harus stop itu sekarang dan coba cari pengalih perhatian baru. Hal penting yang perlu diingat adalah bukan salahmu atau apa yang membuatmu salah di mata sang hantu.

Pertahankan harga diri dan martabatmu! Tetap fokus pada kebahagiaan, kehidupan dan masa depanmu. Biarkan saja sang hantu menghadapi sendiri akibat dari perilaku ketidakdewasaannya dan sifat pengecut dalam konteks suatu hubungan.