Membangun Brand: Kisah Perjalanan Sebuah Merek Ban Michelin
Michelin, sebuah merek ban ternama dan bergengsi di Indonesia. Jadi siapa yang tidak mengenal ban Michelin untuk pengguna kendaraan roda empat di Indonesia. Michelin merupakan perusahaan manufaktur ban multinasional Prancis yang berbasis di Clermont-Ferrand di wilayah Auvergne-Rhône-Alpes Prancis.
Michelin sebagai salah satu produsen ban terbesar kedua di dunia setelah merek ban Bridgestone. Sedangkan produsen ban merek Goodyear dan Continental berada di bawah Michelin. Mari kita dalami sejarah perusahaan Michelin. Mengetahui kisah perjalanan pembangunan merek Michelin tidak hanya menambah pengetahuan, decak kagum akan sepak terjang Michelin mungkin bisa membantu kamu yang bekerja di bagian brand.
Photo source: Michelin.com
Awal perjalanan Michelin
Perusahaan ban terbesar kedua di dunia, Michelin didirikan pada tahun 1889 oleh dua bersaudara Édouard Michelin dan André Michelin. Michelin berdiri pada wilayah bernama Clermont-Ferrand di Prancis bagian tengah. Michelin berawal saat kedua bersaudara ini menjalankan pabrik karet pada tahun 1889. Kedua bersaudara mendapati seorang pengendara sepeda yang terhenti di depan pintu mereka dikarenakan kerusakan ban sepedanya. Setelah menghabiskan waktu yang cukup lama untuk memperbaiki ban, sebuah ide tercetus.
Photo source: OnlineBicycleMuseum.co.uk
Sebelum membicarakan bagaimana ide kedua bersaudara tersebut tercetus, saat mereka kelelahan dan frustasi memperbaiki kerusakan ban sepeda, kamu harus mengetahui bahwa sepeda pada tahun 1889 memiliki ban yang menyatu dan merekat pada roda sepeda. Pada masa itu, ban sepeda memang direkatkan menggunakan lem dengan roda sepeda. Kembali pada ide cemerlang kedua bersaudara Édouard dan André, mereka berpikir ban seharusnya bisa dilepas. Kemudian mereka mulai memikirkan ide tersebut menjadi realita.
Nah, pada tahun 1891, Michelin bersaudara mengajukan paten pertamanya untuk ban pneumatik yang bisa dilepas. Konon, Charles Terront menggunakan ban pneumatik yang bisa dilepas ini dan memenangkan balapan sepeda jarak jauh pertama dengan rute Paris-Brest-Paris yang berjarak 1.200 kilometer pada tahun 1891. Setelah itu, perusahaan terus tumbuh dan melakukan inovasi yang berkesinambungan. Hingga pada tahun 1898, Michelin memperkenalkan Bibendum kepada dunia, atau yang dikenal dengan sebutan The Michelin Man. Tahun demi tahun, Bibendum mengalami beragam transformasi sebagai maskot merek Michelin. Bibendum telah bekerja keras memasarkan ban Michelin ke seluruh dunia hingga saat ini.
Photo source: Atlantico.net
Asal mula Bibendum
Nama karakter maskot Michelin, Bibendum, menjadi terkenal secara tidak sengaja. Pada balapan mobil rute Paris-Amsterdam-Paris, Léon Théry, seorang pembalap mobil melihat André Michelin mendekat dan berteriak, “Ini dia Bibendum!.” Semenjak itu kata Bibendum muncul dan digunakan pada poster Michelin. Meski Léon Thery sendiri tidak mengetahui arti Bibendum tersebut. Bibendum merupakan kata dari bahasa latin yang memiliki arti meminum. Meski berbeda dengan artinya, nama Bibendum melekat pada maskot karakter yang berbentuk tumpukan ban. Alhasil nama Bibendum menjadi identitas resmi karakter tersebut.
Hal lain yang juga sempat muncul menjadi pertanyaan terkait dengan penampilan Bibendum yang berwarna putih. Padahal produk ban Michelin berwarna hitam. Ternyata pada tahun 1912 produk ban memang berwarna putih. Penasaran dengan mengapa warna ban putih pada masa itu? Hal tersbut dikarenakan produsen ban menambahkan jelaga (zat tepung atau serpihan hitam yang sebagian besar terdiri dari karbon amorf, dihasilkan oleh pembakaran bahan organik yang tidak sempurna) dan bahan pengawet lainnya ke bahan karet. Karet, sebagai bahan dasar, memiliki warna asal putih gading. Hingga kini karakter Bibendum tetap dipertahankan sesuai dengan penggambaran awalnya.
Photo source: TripAdvisor.co.uk
Bibendum tidak saja menjadi maskot sebuah brand, bahkan menjadi pop-culture icon. Keberhasilan keluar dari kungkungan dunia periklanan Bibendum seiring peningkatan popularitas semenjak seabad yang lalu. Michelin memanfaatkan Bibendum pada tahun 1911 pada bangunan baru Bibendum baru di London, kini dikenal dengan nama Michelin House.
Sebuah kampanye pemasaran yang menjadi panduan
Meskipun Michelin telah menghasilkan kampanye pemasaran merek yang banyak jumlahnya, kampanye pemasaran Michelin yang paling berdampak dan berhasil, bahkan masih tetap digunakan dan berjalan sampai hari ini yaitu: The Michelin Guide. Pada tahun 1900, Michelin bersaudara membuat sebuah panduan bagi pengendara di Prancis. Sebuah kampanye pemasaran yang mendorong para pengendara untuk mengunjungi dengan cara berkendara ke lokasi yang mereka sebutkan. Pada versi awal kampanye pemasaran dengan membuat daftar restoran, peta, pompa bensin, dan petunjuk cara mengganti ban. Sebanyak 35.000 eksemplar panduan awal yang dibuat dan didistribusikan ke seluruh Prancis.
Kampanye pemasaran terus berkembang, hingga pada tahun 1926 Michelin mulai membagikan rating “bintang” pada setiap restoran. Satu dekade kemudian Michelin memperkuat sistem bintang tiga mereka. Perolehan bintang memiliki makna, restoran dengan 1 bintang merupakan restoran yang baik dalam kategori, 2 bintang adalah restoran yang menyediakan masakan yang luar biasa dan layak untuk dikunjungi kembali, sedangkan 3 bintang disematkan untuk restoran yang mempunyai menu masakan luar biasa dan layak untuk dijadikan tujuan kunjungan spesial. Kini, restoran yang menerima “bintang” dari Michelin merupakan pengakuan tertinggi bagi sebuah restoran.
Photo source: Michelin.com
Bagaimana proses restoran mendapatkan atau dianugerahi bintang oleh Michelin. Memang proses pemberian bintang oleh Michelin merupakan rahasia yang tertutup rapat. Kabarnya Michelin menugaskan Michelin Inspector untuk mengunjungi restoran mewah secara anonim, melakukan penilaian terhadap layanan, suasana, dan makanan yang disajikan pada restoran tersebut.
Bahkan identitas Michelin Inspector hingga saat ini tidak ada yang mengetahuinya dengan pasti. Tidak ada satu restoran pun yang mengetahui kapan seorang Michelin Inspector akan mengunjungi restoran mereka. Hal ini yang membuat pengusaha restoran yang telah mendapatkan bintang dari Michelin mempertahankan secara konsisten sesuai dengan The Michelin Guide Star. Evaluasi ulang rutin dilakukan setiap tahun oleh Michelin. Setiap restoran harus secara konsisten tetap inovatif dan sesuai standar untuk memperoleh bintang. Apabila sebuah restoran kehilangan bintang dapat berdampak buruk bagi usaha restonya.
Photo source: TheStaffCanteen.com
The Michelin Guide masa kini
Patut diakui bahwa Michelin, Bibendum, dan Michelin Guide merupakan sebuah perpaduan yang memiliki sinergi dan reputasi baik. Sinergi yang membawa Michelin untuk memiliki penjualan sebesar 24,5 miliar dolar Amerika. The Michelin Guide berhasil mengumpulkan dan mencantumkan lebih dari 8.000 restoran di seluruh dunia. Tidak hanya itu, semua restoran menjadi bagian dari Michelin dan sepenuhnya setia kepada Michelin.
Nah kalau kamu seorang pengguna ban merek Michelin untuk kendaraanmu atau kamu merupakan pencinta merek Michelin dan menyukai traveling pastikan dalam itinerary perjalanan healing atau traveling untuk mengunjungi salah satu restoran berbintang Michelin. Jangan pesimis dulu! Di Indonesia ada juga loh restoran yang mengantongi bintang dari Michelin. Simak saja artikel dari Tripzilla.id atau kunjungi situs resmi The Michelin Guide. Menarik bukan bagaimana sebuah merek produk ban kendaraan dapat memiliki strategi pemasaran yang sangat out of the box!