Muhammad Ali: Sekilas Potret Hidup Luar Biasa Seorang Legenda Tinju

Muhammad Ali, lahir dengan nama pemberian orang tua Cassius Marcellus Clay Jr. Muhammad Ali merupakan seorang petinju sekaligus aktivis Amerika yang membawa perubahan besar bagi dunia. Sekilas potret hidup luar biasa dari seorang legenda yang dapat dipelajari dan diambil pelajaran.

Muhammad Ali: Sekilas Potret Hidup  Luar Biasa Seorang Legenda Tinju
Muhammad Ali

 

Cassius Marcellus Clay Jr. atau yang lebih dikenal dengan Muhammad Ali lahir pada tanggal 17 Januari 1942 di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat. Ayahnya, Cassius Marcellus Clay Sr., menjalankan usaha sendiri sebagai sign painter di Louisville. Nama Clay berasal dari kakek buyut Ali yang menjadi budak keluarga Henry Clay, seorang Senator Amerika Serikat dari Kentucky.

 

Cassius Clay / Muhammad Ali foto usia 4 tahun bersama adiknya, RudyPhoto source: LATimes.com

 

Sejarah kelam perbudakan tersebut, membawa pengaruh besar terhadap kehidupan Cassius Clay hingga akhir hayatnya. Sang Ayah, Cassius Marcellus Clay Sr. berpesan kepada Cassius Clay untuk menjauhi penghinaan dan kesewenangan bekerja kepadda orang kulit putih. Pada masa tersebut perbedaan status orang kulit hitam dan kulit putih hanya menguntungkan bagi orang kulit putih. Hal ini yang kemudian kita sebut perilaku rasisme.

 

Photo source: Courier-Journal.com

 

Momen sepeda merah

Ketika Muhammad Ali, saat itu Cassius Clay, berusia dua belas tahun, sepeda baru miliknya bermerek Schwinn dan berwarna merah hilang diambil oleh pencuri. Pencurian terjadi di luar area acara tahunan Louisville Home Show. Cassius Clay, melaporkan kejahatan pencurian sepeda miliknya sambil menangis. Cassius Clay melaporkan kejahatan tersebut kepada Sersan Joe Martin dan mengatakan bahwa dia ingin "mencambuk" pencuri yang telah mencuri sepeda miliknya.

 

Sepeda Merah dipajang di Muhammad Ali CenterPhoto source: SmithsonianMag.com

 

Ternyata, Sersan Joe Martin merupakan seorang pelatih tinju. Sersan Joe Martin mendorong Cassius Clay untuk belajar bertarung sebelum mencari pembalasan. Bak gayung bersambut, sasana tinju Sersan Joe Martin berada di ruang bawah tanah gedung yang sama pada tempat mereka bertemu. Sehingga Cassius Clay datang pada keesokan harinya untuk memulai pelatihan hingga menghabiskan enam tahun berikutnya di bawah asuhan Joe Martin.

 

Photo source: CourierPress.com

 

Seandainya Cassius Clay muda tidak menjadi seorang korban pencurian sepeda maupun tidak mengikuti nasihat dan ajakan Sersan Joe Martin, hidupnya pasti akan menempuh jalan yang berbeda. Sepeda merah baru milik Cassius Clay merupakan katalis pembentuk karir tinju sekaligus gambaran bagaimana Cassius Clay menemukan tujuan hidupnya pada usia dini. Menjadi peristiwa penting pertama dalam hidup Muhammad Ali, yang kemudian menjadi momen yang kemudian dikenal “Red Bike” Moment.

 

Photo source: ReformedPerspective.ca

 

Mengenal rasisme semenjak usia dini

Pada usia 13 tahun, Cassius Clay melihat sebuah foto pada sebuah berita. Emmett Louis Till, seorang anak keturunan Afrika Amerika berusia 14 tahun yang dibunuh dengan kejam di Mississippi oleh sekelompok orang kulit putih. Emmett Till yang diculik, disiksa, dan digantung di Mississippi pada tahun 1955, dituduh menyinggung seorang wanita kulit putih, Carolyn Bryant. Kebrutalan pembunuhan Emmett Till dan fakta bahwa pembunuhnya dibebaskan menarik perhatian pada sejarah panjang penganiayaan yang kejam terhadap orang Afrika-Amerika di Amerika Serikat, yang memicu ikon gerakan hak-hak sipil.

  

Pemakaman peti mati Till menunjukkan kepada dunia kebrutalan rasisme anti-kulit hitam di Amerika Serikat. Kenyataan pahit ini mungkin menjadi salah satu alasan Muhammad Ali memiliki perhatian khusus terhadap keadaan anak muda di Amerika Serikat dan di seluruh dunia sepanjang hidupnya. Muhammad Ali menyatakan reaksinya terhadap peristiwa tersebut meskipun dia tidak mengenal Emmett Till secara pribadi, semenjak hari itu dia dapat melihat peristiwa Emmet Till kemungkinan terjadi pada setiap anak laki-laki dan perempuan kulit hitam.

 

Photo source: Catalog.Scpauctions.com

 

Perbedaan akan warna kulit terus mendampingi hidup Muhammad Ali hingga masa Sekolah Menengah Atas (SMA). Muhammad Ali atau Cassius Clay pada tahun 1956 bersekolah pada Central High School, sebuah SMA dengan sejarah yang sarat akan perbedaan, ketidakadilan dan ketidaksetaraan yang hebat. Sebuah sekolah dan menjadi satu-satunya sekolah di Louisville yang tersedia untuk siswa dan guru keturunan Afrika Amerika.

 

Photo source: JuliensLive.com

 

Pertemuan dengan The Nation of Islam

Muhammad Ali menyatakan bahwa pertemuan pertama kali dengan The Nation of Islam pada turnamen Golden Gloves boxing pada tahun 1959 di Chicago. Pertemuan dan perkenalan pertamanya tersebut yang membuatnya terus menghadiri pertemuan Nation of Islam. Keikutsertaan Muhammad Ali pada pertemuan The Nation of Islam pertama kalinya pada tahun 1961. Tidak hanya berhenti pada pertemuan pertama, Muhammad Ali terus menghadiri pertemuan-pertemuan The Nation of Islam selanjutnya.

 

Meskipun tidak secara terang-terangan mempublikasikan keterlibatannya dengan The Nation of Islam dari publik. Pada tahun 1962, Muhammad Ali bertemu Malcolm X, yang segera menjadi mentor spiritual dan politiknya. Muhammad Ali merasakan bersama The Nation of Islam dapat memberdayakan kaum Afrika-Amerika, yang disebut Black Moslem. Kehadirannya pada pertemuan muslimmembuat Muhammad Ali mengetahui hal yang dia cari sepanjang hidupnya.

Photo source:  Time.com

  

Muhammad Ali pernah menggambarkan perasaannya setelah melihat kartun di surat kabar The Nation of Islam. Sebuah ilustrasi kartun yang menggambarkan bagaimana perlakuan pemilik budak kulit putih secara brutal memukuli orang yang diperbudak, sambil bersikeras bahwa mereka berdoa. Menurutnya ilustrasi kartun tersebut masuk akal dan membuatnya tergerak. Pada tahun 26 Februari 1964, Cassius Clay menjadi seorang muslim dan meninggalkan nama Clay yang sarat dengan perbudakan kulit putih.

 

Photo source:  YardBarker.com

 

Bagaimana potret kisah hidup dari sang legenda Muhammad Ali? Semenjak kecil telah menemukan tujuan hidup dan terus berjuang untuk mewujudkan apa yang dia inginkan untuk dirinya dan lingkungan. Apakah kamu juga menjadi tergerak untuk membuat dirimu dan dunia menjadi lebih baik setelah membacanya?