Metamarfosa Batik Menjadi Peradaban Budaya Internasional Berasal Dari Indonesia

Batik adalah tradisi pewarnaan kain tahan lilin kuno di Jawa, Indonesia. Seni batik paling berkembang dan beberapa batik terbaik di dunia masih dibuat di sana. Di Jawa, semua bahan untuk proses ini sudah tersedia – kapas dan lilin lebah serta tanaman yang digunakan untuk membuat berbagai pewarna nabati. Kata batik berasal dari bahasa Jawa. Itu berasal dari bahasa Jawa ambatik yang terdiri dari amba berarti "lebar" atau "besar", dan tik atau nitik berarti "titik" atau "membuat titik”.

Metamarfosa Batik Menjadi Peradaban Budaya Internasional Berasal Dari Indonesia

Photo by Visual Karsa on Unsplash

Batik adalah tradisi pewarnaan kain tahan lilin kuno di Jawa, Indonesia. Seni batik paling berkembang dan beberapa batik terbaik di dunia masih dibuat di sana. Di Jawa, semua bahan untuk proses ini sudah tersedia – kapas dan lilin lebah serta tanaman yang digunakan untuk membuat berbagai pewarna nabati. Kata batik berasal dari bahasa Jawa. Itu berasal dari bahasa Jawa ambatik yang terdiri dari amba berarti "lebar" atau "besar", dan tik atau nitik berarti "titik" atau "membuat titik”.

Sebuah tradisi membuat batik ditemukan dalam budaya seperti Nigeria, Cina, India, Malaysia, Sri Lanka dan terutama, Indonesia. Batik pesisir Indonesia (batik pesisir) buatan pulau Jawa memiliki sejarah akulturasi yang panjang, dengan corak yang beragam dipengaruhi oleh berbagai budaya, dan paling berkembang dalam hal pola, teknik, dan kualitas pengerjaan.

Pada Oktober 2009, UNESCO menetapkan batik Indonesia sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. Pada tahun yang sama, UNESCO juga memberikan penghargaan “Pendidikan dan Pelatihan Batik Indonesia Warisan Budaya Takbenda bagi siswa SD, SMP, SMA, SMK dan Politeknik, bekerjasama dengan Museum Batik di Pekalongan” untuk Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Kemanusiaan. dalam Daftar Daftar Good Safeguarding Practices.

Batik dianggap sebagai ikon budaya di Indonesia modern, di mana "Hari Batik Nasional" dirayakan setiap tahun pada tanggal 2 Oktober. Banyak orang Indonesia terus mengenakan batik setiap hari untuk acara santai dan formal.

Batik Indonesia mendahului catatan tertulis: G.P. Rouffaer berpendapat bahwa teknik ini mungkin telah diperkenalkan pada abad ke-6 atau ke-7 dari India atau Sri Lanka. Di sisi lain, arkeolog Belanda J.L.A. Brandes dan arkeolog Indonesia F.A. Sutjipto percaya batik Indonesia adalah tradisi asli, karena beberapa daerah di Indonesia seperti Toraja, Flores, dan Halmahera yang tidak secara langsung dipengaruhi oleh agama Hindu, telah membuktikan tradisi pembuatan batik juga.

Adanya kegiatan membatik tertua berasal dari Ponorogo yang masih disebut Wengker sebelum abad ke-7, Kerajaan di Jawa Tengah belajar membatik dari Ponorogo. Karena itu, batik Ponorogo agak mirip dengan batik yang beredar di Jawa Tengah, hanya saja batik yang dihasilkan Ponorogo umumnya berwarna hitam pekat atau biasa disebut batik irengan karena dekat dengan unsur magis. sehingga dikembangkan oleh kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Berdasarkan isi Naskah Sunda, orang Sunda sudah mengenal Batik sejak abad ke-12. Berdasarkan naskah Sunda kuno Sanghyang Siksa Kandang Karesian yang ditulis tahun 1518 M, tercatat bahwa orang Sunda memiliki batik yang identik dan mewakili budaya Sunda pada umumnya. Beberapa motif bahkan tercatat dalam teks, berdasarkan sumber data tersebut proses penciptaan Batik Sunda dimulai langkah demi langkah.

Rouffaer melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal pada abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Ia menyimpulkan bahwa pola halus ini hanya dapat dibuat dengan menggunakan canting, alat etsa yang menampung wadah kecil lilin panas yang ditemukan di Jawa sekitar waktu itu. Detail ukiran pakaian yang dikenakan oleh patung-patung Prajnaparamita Jawa Timur dari sekitar abad ke-13 menunjukkan pola bunga yang rumit dengan pinggiran yang membulat, mirip dengan motif batik jlamprang atau ceplok tradisional Jawa saat ini. teratai, bunga suci dalam kepercayaan Hindu-Budha. Bukti ini menunjukkan bahwa pola kain batik rumit yang diterapkan dengan canting ada di Jawa abad ke-13 atau bahkan lebih awal.[16] Pada kuartal terakhir abad ke-13, kain batik dari Jawa telah diekspor ke Kepulauan Karimata, Siam, bahkan sampai ke Mosul.

Photo by Mahmur Marganti on Unsplash

Di Eropa, teknik ini pertama kali dijelaskan dalam "History of Java", yang diterbitkan di London pada tahun 1817 oleh Stamford Raffles, yang pernah menjadi gubernur Inggris di Bengkulu, Sumatra. Pada tahun 1873 saudagar Belanda Van Rijckevorsel memberikan potongan-potongan yang dikumpulkannya selama perjalanan ke Indonesia ke museum etnografi di Rotterdam. Saat ini Tropenmuseum menampung koleksi batik Indonesia terbesar di Belanda. Penjajah Belanda dan Cina aktif mengembangkan batik, khususnya batik pesisir, pada akhir zaman kolonial. Mereka memperkenalkan pola baru serta penggunaan cap (perangko blok tembaga) untuk memproduksi batik secara massal. Ditampilkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia mengesankan publik dan seniman.

Pada 1920-an, para pembuat batik Jawa yang bermigrasi ke Semenanjung Malaya (sekarang Malaysia, Thailand Selatan, dan ujung selatan Myanmar) memperkenalkan penggunaan blok lilin dan tembaga di pantai timurnya.

Di Afrika Subsahara, batik Jawa diperkenalkan pada abad ke-19 oleh para pedagang Belanda dan Inggris. Masyarakat setempat mengadaptasi batik Jawa, membuat motif yang lebih besar dengan garis yang lebih tebal dan warna yang lebih banyak. Pada 1970-an, batik diperkenalkan ke Australia, di mana seniman aborigin di Erna Bella telah mengembangkannya sebagai kerajinan mereka sendiri.

Di Afrika, pada awalnya dipraktekkan oleh suku Yoruba di Nigeria, Soninke dan Wolof di Senegal. Versi Afrika ini, bagaimanapun, menggunakan tepung singkong atau pasta beras, atau lumpur sebagai penahan alih-alih lilin lebah.

Ada beberapa jenis Batik dari berbagai daerah di Indonesia dan ini menjadi identik dan memiliki filosofi dari motif Batik tersebut, adapun jenis-jenis batik salah satunya sebagai berikut:

Photo by Agto Nugroho on Unsplash

Batik Motif Lasem

Tidak Banyak yang tahu tentang Batik Lasem, konon asal muasal Batik di perkenalkan ke masyarakat Indonesia yaitu dari pesisir Utara antara perbatasan Jawa tengah dengan Jawa Timur yang di perkenalkan oleh saudagar Cina, dengan memperkenalkan teknik batik dengan lilin. Kesan Cina sangan kental dari motif batik Lasem ini. Hal ini karena warna batik Lasem didominasi oleh warna merah. Selain itu, motif dedaunan yang menjadi ciri khas masyarakat Cina juga sering digunakan di batik ini.

Batik Motif Mega Mendung

Batik ini terkenal dari Cirebon, dan identik motif ini terletak pada situasi langit sesuai dengan Namanya Mega Mendung, dan biasanya digunakan oleh suku Sunda.

Batik Motif Singa Barong

Batik ini juga terkenal dari Cirebon, hanya saja motif ini terkenal dengan perpaduan Singa Barong digambarkan sebagai makhluk penjaga Keraton Kasepuhan Cirebon.

Batik Motif Tujuh Rupa

Batik ini terkenal berasal dari Pekalongan, Hewan dan tumbuhan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dari motif batik khas Pekalongan ini. Hal itu karena perpaduan antara hewan dan tumbuhan dianggap sebagai gambaran perpaduan budaya masyarakat lokal dengan para pendatang di wilayah pantai utara.

Batik Motif Tambal Yogya

Batik ini berasal Dari Yogyakarta, nama tambal diambil dari sejarah batik Nusantara ini yang dulunya digunakan untuk proses penyembuhan, atau perbaikan, atau tambalan. Kombinasi motif yang sangat beragam membuat batik ini menjadi cukup menarik. Selain itu, proses pembatikan yang biasanya menggunakan sistem cap menjadikan harga batik ini cukup terjangkau untuk masyarakat pada umumnya.

Batik Motif Parang Kusumo

Batik ini terkena di Jawa Tengah, Parang Kusumo sendiri adalah filosofi yang sering diterapkan oleh masyarakat di daerah Jawa Tengah. Dalam hidup, setiap manusia harus berjuang tanpa henti hingga akhirnya Sang Pencipta memanggil.

Batik Motif Sidomukti

Batik ini mencerminkan kehidupan keraton Solo dan Yogyakarta. Sido berarti menjadi dan Mukti berarti sejahtera. Dengan kata lain, batik Sidomukti mempunyai makna bahwa pemiliknya akan memiliki kehidupan yang sejahtera di kemudian hari.

Photo by Camille Bismonte on Unsplash

Batik Motif Sekar Jagad

Batik ini juga berasal dari kota Solo, dan jika dibandingkan dengan Parang Kusumo atau Sidomukti, motif ini berada di tingkat yang berbeda. Bahkan, banyak yang mengatakan bahwa batik Sekar Jagad merupakan batik untuk kalangan bawah. Akan tetapi, makna yang terkandung dari nama Sekar Jagad ternyata sangat mengagumkan.

Batik Motif Pring Sedapur

Batik ini terkenal dari kota Magetan, dalam bahasa Jawa, Pring berarti pohon bambu. Motif bambu yang ada di batik Pring Sedapur ini merupakan penggambaran manusia yang seharusnya bisa hidup berdampingan dan berkerumun dengan manusia lainnya.

Batik Motif Sidoluhur

Batik ini juga berasal dari Solo, mengapa karena Solo di anggap sebagai Kota Batik, karena memang mayoritas seniman batik banyak dari kota tersebut, dan motif Batik Sidoluhur ini memberikan perpaduan motif kotak permata yang lebih simetris. Agak mirip dengan batik Sidomukti, filosofi dari batik Nusantara ini juga untuk memanjatkan doa supaya yang memakai batik ini bisa menjadi orang yang bermartabat.

Batik Motif Priyangan

Batik ini dari daerah Sunda yaitu lebih dari Kota Tasikmalaya. Akan tetapi, secara umum batik Priyangan memiliki beberapa identitas yang tidak dimiliki batik lainnya. Identitas dari batik Priyangan itu adalah motif yang sangat rapat dan padat tetapi memberikan kesan kesederhanaan dari motifnya.

Batik Motif Kawung

Motif batik yang bentuknya berupa bulatan mirip buah kawung (sejenis kelapa atau kadang juga dianggap sebagai aren atau kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris.Kesederhanaan motif dari batik Kawung menyebabkan anggapan bahwa batik ini merupakan batik untuk kalangan bawah. Ini adalah anggapan yang salah karena batik ini dulu digunakan oleh para penghuni Keraton di abad kesembilan. Desain bulat yang disusun sedemikian rupa membentuk persegi memberikan makna pengendalian diri.

Photo by Tusik Only on Unsplash

Dan saat ini telah menjadi pakaian resmi, formal atau tidak formal Batik Indonesia untuk seluruh masyarakat Indonesia, Selamat Hari Batik !